AKHLAK TASAUF : TAWAKAL
TAWAKAL
MAKALAH
INI DISUSUN GUNA MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH
AKHLAK TASAUF
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Maqamat dalam Ilmu
Tasawuf berarti kedudukan hamba dalam pandangan Allah berdasarkan apa yang
telah diusahakannya. Disamping itu maqamat berarti jalan yang harus ditempuh
oleh seorang sufi untuk berada sedekat mungkin dengan Allah.
Menurut al-Ghozali dalam
kitabnya Ihya’ ‘Ulumad-Din, maqamat terdiri dari delapan tingkat, yaitu taubat,
sabar, zuhud, tawakal, mahabbah, ridha dan makrifat.
Ketika kita memfokuskan pandangan kepada semua
amal hati, sebenarnya semua itu adalah dasar dan materi iman yang mencuat
darinya, maka kita akan menemukan bahwa tidak ada maqam yang paling
komprehensif dengan cakupan atas semua ilmu dan amal sebuah hati daripada
Tawakal kepada Allah SWT. Diantara semua amal tersebut Tawakal adalah sesuatu
yang paling kokoh dan diantara kedudukan-kedudukan itu, dia adalah yang paling
mulia.
Tawakal
adalah suatu kondisi yang menggabungkan antara ilmu dan iman. Tidak mungkin
seorang hamba tidak membutuhkan tawakal, baik tawakal kepada Allah yang di Tangan-Nya
kekuasaan atas segala sesuatu, atau tawakal kepada sesama makhluk yang lemah
seperti dirinya. Tidak memiliki kuasa memberikan manfaat atau bahaya. Tidak
memiliki kekuasaan untuk mematikan, menghidupkan, dan membangkitkan kembali
yang telah mati. Itulah sebuah maqam yang sama sekali tidak bisa diabaikan
begitu saja oleh setiap manusia selama-lamanya.
Dia
tinggal memilih, apakah bertawakal kepada Allah atas segala sesuatu, Dia
memberi pahala dan tidak diberi balasan untuk-Nya, ataukah bertawakal kepada
makhluk yang pasti lemah seperti dirinya sendiri.
Atas
dasar inilah saya menaruh perhatian yang sangat besar untuk menjelaskan maqam
yang sangat mulia bagi tawakal kepada Allah, sehingga Ibnu Abbas menyebutnya
sebagai inti iman. Sedangkan Sa’id jabir mengatakan, “Tawakal adalah separuh
dari iman”, sedangkan Al-Fudhail bin Iyadh menyifatinya, “Tawakal adalah
pangkal ibadah”.
B. Rumusan Masalah
Dalam penuluisan makalah
ini, penulis merumuskan beberapa masalah diantaranya sebagai berikut:
1. Apa pengertian Tawakal ?
2.
Apa sumber Al-Qur’an dan Hadits tentang Tawakal ?
3. Apa saja rukun-rukun Tawakal ?
4. Apa saja derajat-derajat Tawakal ?
5. Apa saja manfaat Tawakal ?
6. Apa saja macam-macam Tawakal ?
7.
Bagaimana contoh Prilaku Tawakkal/
Ciri-ciri orang yang tawakal ?
8. Apa hikmah tawakal ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Tawakal
1. Arti Etimologis
Tawakal (bahasa Arab: توكُل) atau tawakkul dari kata wakala dikatakan, artinya, ‘meyerah kepadaNya’.[1]
Dalam agama Islam, tawakal berarti berserah diri sepenuhnya kepada Allah dalam menghadapi atau menunggu hasil suatu pekerjaan, atau menanti akibat
dari suatu keadaan.
2. Arti Terminologis
Tawakkal adalah suatu
sikap mental seorang yang merupakan hasil dari keyakinannya yang bulat kepada
Allah, karena di dalam tauhid ia diajari agar meyakini bahwa hanya Allah yang
menciptakan segala-galanya, pengetahuanNya Maha Luas, Dia yang menguasai dan
mengatur alam semesta ini. Keyakinan inilah yang mendorongnya untuk menyerahkan
segala persoalannya kepada Allah. Hatinya tenang dan tenteram serta tidak ada
rasa curiga, karena Allah Maha Tahu dan Maha Bijaksana.[2]
Dengan demikian, tawakkal kepada
Allah bukan berarti penyerahan diri secara mutlaq kepada Allah, melainkan
penyerahan diri yang harus didahului dengan ikhtiar secara maksimal.
Abu Mu’thy Balkhy berkata
kepada Hatim al-‘Ashom : “Betulkah engkau berjalan tanpa bekal di hutan ini
hanya semata-mata bertawakal ? Jawabnya : “Tidak, aku bepergian jauh pasti
berbekal”, “Lalu apa bekalnya ?” Jawabnya : “Empat perkara bekalku, yaitu :
1. Aku yakin bahwa dunia seisinya adalah milik allah SWT
2. Semua makhluk adalah hamba-Nya
3. Segala usaha/bekerja adalah semata hanya faktor
penyebab saja, sedangkan rizqi ada di tangan Tuhan
4. Dan aku yakin bahwa : “Ketentuan-Nya pasti berlaku
bagi semua makhluk”[3]
Kata Abu Mu’hty : “Itulah
bekal yang paling baik, karena bekalmu itu sanggup menempuh perjalanan yang
sangat jauh (akhirat), maka tiada artinya jika hanya perjalanan diatas bumi
(dunia).[4]
B. Sumber Al-Qur’an
dan Hadits tentang Tawakal
Semua perintah dalam bertawakkal,
biasanya selalu didahului oleh perintah melakukan sesuatu.
Firman Allah SWT :
فَإِذَاعَزَمْتَفَتَوَكَّلْ
عَلَى اَلّلَهِ إِنَّ اللهَ يُحَبُّ الْمُتَوَكِّلِيْن
“Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad,
maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
bertawakal kepada-Nya”. (QS. Ali Imran: 159)[5]
Oleh rasulullah SAW dalam salah satu sabdanya sebagai berikut :
عَنْ عُمَرَ رَضِىَ اللهُ عَنْهُ قَلَ : سَمِعْتُ
رَسُوْلَ اللهِ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ : لَوْأَنَّكُمْ
تَتَوَكَّلُوْنَ عَلَى اللهِ حَقَّ تَوَكَّلِهِ لَرَزَ قَكُمْ كَمَا يَرْزُقُ الطَّيْرَ،
تَغْدُوْ خِمَا صًا وَتَرُوْحُ بِطَانًا
(رواه الترمذي)
“Umar r.a. berkata : “Saya telah mendengar Rasulullah SAW bersabda :
“Andaikan kamu bertawakkal (menyerah) kepada Allah dengan sungguh-sungguh,
niscaya Allah akan memberi rizky kepadamu sebagaimana burung yang keluar pagi
dengan perut kosong (lapar) dan kembali pada senja hari dalam keadaan sudah
kenyang”. (HR. Turmudzi)[6]
C. Rukun-rukun Tawakal
Tawakal tidak didapati
kecuali sesudah mengimani empat hal yang merupakan rukun-rukun tawakal.
Pertama, beriman bahwa Al
Wakil Maha Mengetahui segala apa yang dibutuhkan oleh si muwakkil
(yang bertawakal).
Kedua, beriman bahwa Al
Wakil Maha Kuasa dalam memenuhi kebutuhan muwakkil.
Ketiga, beriman bahwa Dia
tidak kikir.
Keempat, beriman bahwa Dia memiliki cinta dan rahmat kepada muwakkil.[7]
D. Derajat-derajat Tawakal
Pertama, keyakinannya kepada Allah seperti keyakinannya kepada wakil yang telah
dikenal kebenarannya, kejujurannya, perhatian, petunjuk dan kasih sayangnya.
Kedua, keadaanya terhadap Allah SWT seperti keadaan anak kecil kepada ibunya. Ia
tidak mengenal selain ibunya dan segala urusan hanya mengandalkannya. Ia adalah
pikiran pertama yang terlintas dihatinya. Kedudukan ini menuntut manusia untuk
tidak berdoa dan tidak memohon kepada selain Allah SWT. Kerena percaya pada
kemurahan-Nya dan kasih sayang-Nya.
Ketiga, seperti pucatnya orang sakit, yang bisa terus berlangsung dan terkadang
lenyap. Jika engkau katakan apakah hamba boleh berencana dan mengandalkan sebab-sebab.
Maka ketahuilah bahwa kedudukan ketiga menolak perencanaan secara
berlangsung selama ia tetap dalam keadaan itu. Kedudukan kedua menolak
perencanaan, kecuali dari segi pengandalan kepada allah SWT dengan berdoa dan
merengek seperti anak kecil yang hanya memanggil ibunya.[8]
E. Manfaat Tawakal
Setelah kami jelaskan
kedudukan tawakal, kami merasa senang untuk menunjukkan sebagian buah yang
agung yang bisa dipetik oleh orang yang bertawakal setelah berhasil mewujudkan
maqam ‘kedudukan yang sangat tinggi dan mulia ini. Hal terpenting diantaranya
adalah :
1.
Mewujudkan iman.
2.
Ketenangan jiwa dan rehat hati.
3.
Kecukupan dari Allah segala kebutuhan orang yang bertawakal.
4. Sebab terkuat dalam mendatangkan berbagai
manfaat dan menolak berbagai mudlarat.
5.
Mewariskan cinta Allah kepada sang hamba.
6.
Mewariskan kekuatan hati, keberanian, keteguhan dan menantang para musuh.
7.
Mewariskan kesabaran, ketahanan, kemenangan dan kekokohan.
8.
Mewariskan rezeki, rasa ridha dan memelihara dari kekuasaan syetan
9.
Sebab masuk surga tanpa hisab dan tanpa adzab.
F. Macam-macam Tawakal
Tawakal dibagi menjadi dua
macam, antara lain :
1.
Tawakal kepada Allah
Macam-macam Tawakal kepada
Allah, yaitu :
a. Tawakal kepada
Allah dalam istiqamah dirinya dengan petunjukknya, pemurnian tauhid.
b. Tawakal kepada
Allah dalam penegakan agama Allah di muka bumi, menaggulangi kehancuran,
melawan bid’ah, berijtihad melawan orang kafir, amar makruf nahi munkar.
c. Tawakal kepada
Allah dalam rangka seorang hamba ingin mendapatkan berbagai hajat dan bagian
duniawi atau dalam rangka menghindari berbagai hal yang tidak diharapkan dan
berbagai musibah duniawi.
d. Tawakal kepada Allah
dalam rangka mendapatkan dosa dan kekejian.
2.
Tawakal kepada selain Allah
Bagian ini terbagi menjadi
dua macam, yaitu :
a.
Tawakal Bernuansa Syirik
Ini juga terbagi menjadi
dua :
Pertama, tawakal kepada selain Allah Ta’ala dalam hal yang tidak mampu
mensikapinya selain Allah azza wa Jalla, “Seperti halnya orang-orang yang
bertawakal kepada orang-orang yang telah mati dan para thaghut dalam rangka
menyampaikan harapan tuntutannya berupa pemeliharaan, penjagaan, rezeki dan
syafaat.
Kedua, tawakal kepada selain Allah
berkenaan dengan perkara-perkara yang dimampui sebagaimana yang ia kira oleh
orang yang bertawakal tersebut. Ini adalah syirik kecil.
b.
Perwakilan yang diperbolehkan
Yaitu ketika seseorang mewakilkan suatu pekerjaan yang dimampui kepada
orang lain. Dengan demikian orang yang mewakilkan itu mencapai sebagian apa
yang menjadi tututannya.[9]
G.
Contoh Prilaku Tawakkal/ Ciri-ciri orang yang tawakal
Orang yang bertawakkal kepada Swt akan berprilaku
antara lain :
1. Selalu bersyukur apabila
mendapat nikmat dan bersabar jika belum atau tidak tercapai apa yang
diinginkannya.
2. Tidak pernah berkeluh kesah
dan gelisah.
3. Tidak meninggalkan usaha dan
ikhtiar untuk mencapai sesuatu.
4. Menyerahkan dirinya atas semua
keptusan kepada Allah Swt setelah melakukan usaha dan ikhtiar secara sempurna.
5. Menerima segala ketentuan
Allah dengan rido terhadap diri dan keadaannya.
6. Berusaha memperoleh sesuatu yang dapat memberikan
manfaat kepada orang lain.
Dan sebagai tanda tawakal kita
kepada Allah, kita yakin bahwa segala sesuatu yang datang pada diri kita,
adalah yang terbaik bagi kita. Tiada keraguan sedikit pun di dalam hati,
apabila mempunyai perasaan untuk menghindarinya, segala sesuatu yang menimpa
kita. Meskipun hal itu terasa pait dan pedih bagi kita, kalau hal itu datang
dari-Nya, tentulah hal itu yang terbaik bagi kita. Inilah bentuk tawakal
sesungguhnya.
Barang siapa brtawakal
kepada Allah maka Allah akan mencukupinya dan memberinya rezeki dari arah yang
tidak diduga-duga. Allah Maha Kuasa untuk mengirimkan bantuan kepada
hamba-hamba-Nya dengan berbagai cara, termasuk cara yang bagi manusia tidak
masuk akal. Allah adalah satu-satunya tempat mengadu saat kita susah. Allah
senantiasa mendengar pengaduan hamba-hamba-Nya. Dalam banyak hal,
peristiwa-peristiwa di alam ini masih dalam koridor sunnatulah. Artinya, masih
dapat diurai sebab musababnya. Hal ini mengajarkan kepada kita agar kita
kreatif dan inovatif dalam kehidupan ini.[10]
BAB III
PENUTUP
Tawakal dari segi bahasa artinya menyerah kepada Allah.
Dan dari segi istilah adalah suatu sikap mental seorang yang merupakan hasil
dari keyakinannya yang bulat kepada Allah bahwa hanya Allah yang menciptakan
dan mengatur segala-galanya. Tawakkal
kepada Allah bukan hanya berarti penyerahan diri secara mutlaq kepada Allah,
melainkan penyerahan diri yang harus didahului dengan ikhtiar secara maksimal.
Tawakal tidak didapati
kecuali sesudah mengimani empat hal yang merupakan rukun-rukun tawakal, yaitu
beriman bahwa Allah Maha Mengetahui segala apa yang dibutuhkan oleh orang yang
bertawakal, beriman bahwa Allah Maha Kuasa dalam memenuhi kebutuhan orang yang
bertawakal, beriman bahwa Allah tidak kikir, beriman bahwa Allah memiliki cinta
dan rahmat kepada orang yang bertawakal.
Derajat-derajat Tawakal
ada tiga yaitu pertama keyakinannya kepada Allah seperti keyakinannya
kepada wakil yang telah dikenal kebenarannya, kejujurannya, perhatian, petunjuk
dan kasih sayangnya. Yang kedua keadaanya terhadap Allah SWT seperti keadaan
anak kecil kepada ibunya. Yang ketiga, seperti pucatnya orang sakit.
Manfaat bertawakal yaitu,
mewujudkan iman, memperoleh ketenangan jiwa dan rehat hati, kesabaran,
ketahanan, kemenangan dan kekokoha, akan selalu merasa cukup atas segala kebutuhan,
mendatangkan berbagai manfaat dan menolak berbagai mudlarat, mewariskan cinta
Allah kepada sang hamba, mewariskan kekuatan hati, keberanian, keteguhan dan
menantang para musuh, memperoleh rezeki, memelihara dari kekuasaan syetan, dan
masuk surga tanpa hisab dan tanpa adzab. Macam-macam tawakal ada dua yaitu,
tawakal kepada Allah dan tawakal kepada selain Allah. Ciri-ciri orang yang bertawakal yaitu, selalu
bersyukur apabila mendapat nikmat dan bersabar jika belum atau tidak tercapai
apa yang diinginkannya, tidak pernah berkeluh kesah dan gelisah, tidak
meninggalkan usaha dan ikhtiar untuk mencapai sesuatu, menyerahkan dirinya atas
semua keptusan kepada Allah Swt setelah melakukan usaha dan ikhtiar secara
sempurna, menerima segala ketentuan Allah dengan rido terhadap diri dan
keadaannya dan berusaha memperoleh sesuatu yang dapat memberikan manfaat kepada
orang lain.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah bin Umar
Ad-Dumaiji, At-Tawakkal Alallah Ta’al
(Jakarta : PT Darul Falah, 2006), 1
Labib Mz, Rahasia
Kehidupan Orang Sufi, Memahami Ajaran Thoriqot & Tashowwuf (Surabaya:
Bintang Usaha Jaya), 55
QS.
Ali Imran: 159
Labib Mz, Rahasia
Kehidupan Orang Sufi, Memahami Ajaran Thoriqot & Tashowwuf (Surabaya:
Bintang Usaha Jaya), 54
Imam Khomeini, Insan
Ilahiah; Menjadi Manusia Sempurna dengan Sifat-sifat Ketuhanan : Puncak
Penyingkapan Hijab-hijab Duniawi (Jakarta : Pustaka Zahra, 2004), 210
Imam Ghazali, Ihya’
Ulumuddin (Surabaya: Bintang UsahaJaya,2004),247
Abdullah bin Umar
Ad-Dumaiji, At-Tawakkal Alallah Ta’al (Jakarta : PT Darul Falah, 2006),
191-194[11]
Supriyanto, Tawakal
Bukan Pasrah (Jakarta:QultumMedia, 2010), 98-99
Comments
Post a Comment